(UWG, 08/02/2019). Mencuci tangan, terlihat sebagai sebuah kegiatan yang sepele, dan bahkan banyak dari kita yang kadang justru menyepelekan. Asal jari-jari tangan basah tersiram air, cukuplah. Bahkan sebagian ada yang mengartikan sesederhana itu. Mencuci tangan dengan baik dan benar termasuk salah satu PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat).
Meluruskan pemahaman “salah kaprah” inilah maka “Mencuci Tangan” dijadikan salah satu program kegiatan Kuliah Pengabdian Masyarakat (KPM) mahasiswa Kampus Inovasi Universitas Widyagama Malang, yang berlokasi di Dusun Balesari Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang.
“Mencuci tangan adalah tindakan membersihkan tangan dan jemari menggunakan air dengan tujuan memutus mata rantai kuman, membebaskan tangan dari kuman dan bakteri serta menghindari masuknya kuman ke dalam tubuh,” demikian penjelasan Isbat Maulana, mahasiswa Fakultas Pertanian peserta KPM yang juga Ketua UKM Korps Suka Rela (KSR) UWG. “Waktu yang tepat untuk mencuci tangan adalah sebelum dan sesudah makan, setelah BAB dan setelah bermain. Beberapa waktu ideal ini sering kita abaikan. Target sasaran kami adalah adik-adik usia SD agar sejak dini mereka mengetahui, mengerti, memahami, melaksanakan dan selanjutnya diharapkan menjadi bagian dari kebiasaan mereka,” tambah Isbat.
Sebelum praktek mencuci tangan yang baik dan benar, generasi muda SDN 1 Balesari diberikan pengetahuan tentang pengertian mencuci tangan, tujuannya, pentingnya mencuci tangan dengan sabun, waktu yang tepat untuk mencuci tangan dan langkah-langkah mencuci tangan yang baik dan benar. Saat pemberian materi ini, dengan seksama para siswa mendengar dan memperhatikan. Situasi menjadi heboh manakala praktik mencuci tangan dengan baik dan benar dilakukan. Bagaimana tidak…. Bersentuhan dengan air menjadi hal yang sangat mengasyikkan bagi anak-anak usia SD. Kegiatan “belajar” sedikit menyimpang menjadi “bermain air”. Dengan sabar para mahasiswa peserta KPM mengarahkan dan mengembalikan fokus dan konsentrasi adik-adik mereka kepada kegiatan “mencuci tangan dengan baik dan benar”.
Pembimbing mahasiswa KPM, Dr. Ir. Moh. Su’i, MP dan Khojanah Hasan, SE, MM menjelaskan bahwa rancangan program kegiatan para mahasiswa peserta KPM tidak hanya tertuju pada para orangtua (bapak dan ibu), tetapi juga para karang taruna dan anak-anak (usia sekolah dan pra sekolah). “Program kegiatan para peserta tidak dirancang dari kampus, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat setempat. Program disusun bersama antara peserta KPM dan masyarakat yang diwakili oleh pamong desa. Dengan mekanisme seperti ini diharapkan semua program yang dibuat didukung oleh dan bermanfaat secara optimal bagi masyarakat,” demikian penjelasan Khojanah Hasan, salah satu pembimbing yang adalah dosen Fakultas Ekonomi.
Pada kesempatan berbeda, Kapus Abdimas LPPM UWG Ir. Elik Murni NN, MP menjelaskan bahwa program yang dibuat oleh para peserta KPM diharapkan menyentuh semua sisi yang ada di masyarakat, yaitu sisi ekonomi dengan melakukan pemberdayaan masyarakat, sisi sosial keagamaan, sisi pendidikan, dan sisi fisik infrastruktur lokal. “Keterbatasan waktu, tenaga, pikiran dan biaya yang ada tidak menjadikan kendala karena kemampuan mereka melakukan pendekatan-pendekatan kepada masyarakat. “Secara kelembagaan kami berharap bahwa apa yang menjadi program para peserta KPM ini tidak berhenti hanya pada saat pelaksanaan KPM saja, tetapi terus dilanjutkan oleh masyarakat setempat sesuai dengan tujuan masing-masing program,” demikian disampaikan oleh Elik Murni. (san/pip/red:rh)



