PENGALAMAN BERHARGA IKUTI PROSES DEMOKRASI SELAIN SEBAGAI PEMILIH

oleh | Apr 8, 2019 | Berita | 0 Komentar

Sekolah Relawan Pengawas Pemilu yang digelar di Auditorium Kampus lll Kampus Inovasi UWG benar-benar dikemas sesuai dengan kebutuhan belajar kaum milenial. Dari seremonial pembukaan hingga sesi terakhir, tidak ada satupun peserta yang meninggalkan tempat. Semua mengikuti dengan antusias dan berpartisipasi secara aktif.

Ini karena kemampuan narasumber mengarahkan dan mengendalikan fokus seluruh peserta. Tiap sesi tidak hanya diisi dengan ceramah dan ceramah, tetapi selalu ada moment ice breaking yang membuat konsentrasi peserta kembali fokus. Tidak hanya itu, pelibatan seluruh peserta pada diskusi aktif menjadi daya tarik tersendiri. Apalagi sebagian besar peserta belum pernah terlibat lebih dalam pada proses demokrasi ini, kecuali sebagai pemilih.

Muhammad Yusuf Adi Candra Negara, salah satu peserta dari Fakultas Hukum, misalnya. Ini adalah pengalaman pertama bagi Adi menjadi relawan pengawas pemilu, yang didahului dengan mengikuti pendidikan informal seperti ini. “Saya termotivasi mengikuti kegiatan ini, dengan harapan disamping memperkokoh rasa sadar demokrasi pada diri saya sebagai warga negara yang memiliki hak pilih, juga memenuhi rasa keingintahuan saya akan potensi-potensi pelanggaran yang mungkin terjadi dan dilakukan oleh para peserta mulai dari masa kampanye hingga saat pungut hitung,” begitu jawab Adi saat ditanya apa motivasinya mengikuti acara tersebut.

Acara ini digelar oleh Fakultas Hukum UWG bekerjasama dengan Bawaslu Kota Malang dan diikuti oleh 100 mahasiswa aktif UWG yang terdiri dari lintas fakultas, lintas prodi dan lintas angkatan. Dekan Fakultas Hukum Dr. Purnawan Dwikora Negara, SH, MH menyebutkan bahwa ini adalah bentuk nyata sumbangsih lembaga pendidikan tinggi ini kepada pemerintah. “Relawan Pengawas Pemilu ini penting keberadaannya, baik secara kuantitas maupun secara kualitas. Secara kuantitas dibutuhkan banyak orang untuk mengawasi sejumlah 799.855 TPS yang tersebar di seluruh Nusantara. Secara kualitas dibutuhkan orang-orang netral yang tahu persis akan batasan-batasan tugas dan tanggungjawabnya. Bukan hanya orang yang punya waktu saja, tetapi lebih dari itu, dibutuhkan orang-orang yang tahu betul apa tugas dan tangungjawabnya agar proses demokrasi lima tahunan ini berjalan dengan jujur dan adil.”

Tidak hanya kaum laki-laki, tidak sedikit peserta putri yang tertarik mengikuti kegiatan dengan tema Universitas Widyagama untuk Bangsa: Sekolah Relawan Pengawasa Pemilu, Mahasiswa Milenial UWG yang Berbeda, Bergaya, Berdaya untuk Awas, Cerdas dan Bernas ini.

Martina Natan, peserta lain dari Fskultas Hukum yang ditemui pewarta menyatakan kebanggaannya bisa hadir ditengah orang-orang besar yang terlibat dalam proses demokrasi ini. “Pengalaman yang luar biasa bagi saya. Terima kasih telah diberikan kesempatan untuk ini,” jelas dara cantik asal NTT ini.

Pada sesi terakhir hari pertama pelaksanaan Sekolah Relawan Pengawas Pemilu ini, seluruh peserta dibagi menjadi empat kelompok dan tiap-tiap kelompok ditugasi untuk mengidentifikasi pelanggaran-pelanggaran kampanye yang dilakukan oleh para peserta pemilu, yang secara garis besar dikelompokkan menjadi empat, yaitu pelanggaran administratif, pidana, kode etik dan pelanggaran lain terkait undang-undang dan peraturan-peraturan yang ada. Sesi seru ini berlangsung dengan tertib, dan semua peserta terlibat aktif didalam duskusi masing-masing kekompok. (san/pip/red:rh)

 

Berita Terbaru UWG