HALL WIDYA GRAHA IKUT LOCKDOWN

oleh | Apr 11, 2020 | Berita | 0 Komentar

Salah satu indikator pemeringkatan kampus unggul yang dilakukan oleh kemenristek dikti yang sekarang berubah nama menjadi kemendikbud adalah income generating. Diharapkan seluruh perguruan tinggi, negeri maupun swasta, melakukan diversifkasi usaha, sebagai salah satu wujud implementasi kewirausahaan yang harus dilakukan.

Ini juga dilakukan oleh Kampus Inovasi Universitas Widyagama Malang. Diawali dengan komersialisasi Hall Widya Graha yang terletak di Kampus ll, tepatnya di lantai l Gedung Widya Graha. Sejak tahun 2015, komersialisasi beberapa fasilitas dilakukan secara profesional dengan dibentuknya Unit Bisnis UWG. Fasilitas yang dikomersiilkan disamping Hall Widya Graha, juga Auditorium Kampus lll, Ruang F-9, Studio Eduwisata dan moda transportasi Elf. Dua yang terakhir ini adalah hasil dari kegiatan pengabdian masyarakat dosen pada skema Iptek bagi Inovasi Kewirausahaan Kampus (IbIKK) yang saat itu diketuai oleh Prof. Dr. Ir. Iwan Nugroho, MS.

Diantara beberapa fasilitas tersebut, Hall Widya Graha menjadi primadona income generating kampus, pasalnya Kota Malang memang sangat kekurangan gedung yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pertemuan keluarga seperti gelar resepsi pernikahan. Dan nyatanya memang untuk keperluan inilah Hall Widya Graha banyak disewa.

Posisinya yang sangat strategis dengan kapasitas 500 orang, juga dengan beberapa fasilitas yang disediakan menjadikan Hall Widya Graha alternatif pilihan yang patut dipertimbangkan oleh calon pengguna.

Merebaknya covid-19 tidak hanya melockdown semua perguruan tinggi dan memberlakukan belajar dari rumah untuk seluruh mahasiswanya, Hall Widya Graha pun harus melakukan lockdown dengan sendirinya.

Ini terjadi seiring dengan diberlakukannya social distancing dari pemerintah, daerah maupun pusat. Larangan menggelar kegiatan yang mengumpulkan banyak orang, sangat disadari oleh calon customer yang kemudian dengan sukarela menunda waktu pelaksanaan kegiatannya, meskipun transaksi tersebut mungkin sudah dilakukan enam bulan bahkan setahun yang lalu dengan menyerahkan sejumlah dana sebagai uang muka.

“Sejak 16 Maret 2020, manajer Unit Bisnis memerintahkan saya untuk menghubungi beberapa penyewa yang akan menggelar kegiatan pada Bulan Maret hingga Mei 2020. Alhamdulillah dengan kesadaran karena memang ada larangan dari pemerintah, mereka memutuskan untuk menunda waktu pelaksanaan. Dengan kondisi darurat yang berlaku di semua daerah ini, kami mengambil kebijakan untuk mengijinkan mereka menggeser pelaksanaan sepanjang ada waktu yang kosong tanpa harus kehilangan uang muka yang sudah diserahkan,” demikian penjelasan Fitri Kusuma Wardhani, SSi., sekretaris Unit Bisnis UWG yang juga Kasubag Administrasi Umum UWG.

Dijelaskan lebih lanjut oleh perempuan sabar tapi tegas ini, bahwa kebijakan pengelola ini disambut baik oleh mayoritas customer. “Kepada penyewa sampai akhir Bulan Mei diberikan kebijakan tersebut dengan pertimbangan SE dari BNPB yang memperpanjang masa darurat corona ini sampai dengan 29 Mei 2020. Kebijakan ini belum kami berlakukan bagi penyewa Bulan Juni dan seterusnya,” tambahnya.

Pengalaman bernegosiasi dengan calon customer yang memiliki beragam karakter ini bertambah lagi bagi ibu muda yang juga aktif berorganisasi di bidang olahraga karate ini, Rabu 8 April 2020 kemarin. Seorang penyewa datang dengan penuh emosi, membatalkan perjanjian dan meminta pengembalian uang muka yang telah diserahkan. Tidak cukup dengan itu, sang customer yang mengaku kenal dengan beberapa nama mantan pejabat UWG ini juga mengancam akan membeberkan perihal ini kepada masyarakat bila permintaannya tidak disetujui.

“Tanggal pelaksanaannya masih pertengahan Bulan Juni 2020. Saya tidak punya dasar untuk memberikan kebijakan kecuali sejalan dengan waktu bila ada pengumuman lebih lanjut dari pemerintah,” katanya kalem. “Terus, bagaimana ibu menghadapinya?,” umpan pewarta. “Saya sudah sering menghadapi customer dengan banyak macam karakter. Saya berusaha untuk tidak terpancing emosi,” imbuhnya.

Saat kejadian, beberapa karyawan yang saat itu ada disekitarnya, sudah mengambil ancang-ancang untuk menyeret sang customer keluar, tetapi dengan kode kerlingan matanya seolah Fitri menjawab: “Tenang…., saya bisa mengatasinya kok….”. Dan memang, dengan menggenggam kekalahan, tak lama kemudian sang tamu beranjak pergi, dan Fitri mengiringinya dengan berdiri sambil tersenyum. Bukan menunjukkan kemenangannya, tetapi itulah bagian dari service exelent yang harus diberikan kepada tamunya, siapapun itu. Itulah Fitri…..(san/pip/red:rh)

 

Berita Terbaru UWG