
Info ini sudah lama diperoleh, berdasarkan Pengumuman Peserta Pilmapres Tahun 2020 Tahap I tertanggal 21 Juli 2020 dari Pusat Prestasi Nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Tersebut dalam pengumuman tersebut bahwa 174 peserta Pemilihan Mahasiswa Berprestasi Tahun 2020 yang berhasil lolos tahap I dan berhak melaju ke tahap II, untuk jenjang Sarjana. Tidak terdapat nama Mareta Krisdayanti, wakil Kampus Inovasi Universitas Widyagama Malang.
Tidak dapat dipungkiri bahwa ini adalah bagian dari garis yang sudah tertetapkan oleh Sang Maha Pemberi Kesempatan, akan tetapi harus diakui bahwa proses ini menyisakan kekecewaan yang seharusnya dan diharapkan menjadi evaluasi bagi penyelenggara. Bukan hanya Mareta dan kampusnya yang merasa kecewa, tetapi beberapa peserta dari perguruan tinggi lain juga merasakan hal yang sama.
Pandemi Covid-19 yang sampai saat ini belum juga mereda, pun tak dapat dijadikan kambing hitam, meskipun inilah penyebab segala kebijakan pemerintah harus dilakukan secara daring, termasuk didalamnya proses seleksi Pemilihan Mahasiswa Berprestasi Tahun 2020. Pelaksanaan tes daring Computer Based Test (CBT) Wawasan Kebangsaan dan Bahasa Inggris pada tanggal 2 Juli 2020 benar- benar harus dievaluasi.
“Banyak hal yang harus dievaluasi oleh pelaksana berdasarkan pengalaman CBT tanggal 2 Juli 2020. Sosialisasi yang dilaksanakan hanya satu jam menjelang tes, adalah yang pertama. Yang kedua, kesiapan tim IT pada saat pelaksanaan,” ungkap Niken Paramita, SS, MPd, pendamping Mareta. Dosen muda Fakultas Ekonomi ini kemudian bercerita panjang lebar seolah ingin meluapkan segala kekecewaannya. “Pada saat pelaksanaan, kami sudah mengupayakan agar Mareta tidak mengalami kendala terkait dengan sarana, baik komputer maupun jaringannya. Acara pertama, sosialisasi, berjalan lancar, Mareta dapat mengikuti dengan baik. Kami yang memantau dari tempat kamipun dapat memastikan bahwa semua berjalan lancar. Kendala terjadi saat menjelang pelaksanaan tes. Jadwal yang sudah diumumkan, mundur satu jam dengan pemberitahuan yang hanya dikomunikasikan melalui media IG peserta, padahal saat itu seharusnya peserta konsentrasi penuh pada soal. Pada layar komputer Mareta, tidak ada tautan yang dapat diklik untuk memunculkan soal..….,” lanjut Niken.
Cerita selanjutnya menurut ibu muda berperawakan mungil ini bahwa Mareta berusaha mengadakan kontak dengan sesama peserta di grup IG. Ada beberapa peserta yang juga mengeluhkan hal yang sama. Niken mencoba menghubungi nara hubung di Puspresnas, pada awalnya ada jawaban bahwa memang sedang ada maintenance terhadap laman Puspresnas, tetapi manakala sampai dengan jam 09.00 saat dimulainya jadwal untuk CBT Wawasan Kebangsaan Mareta belum juga dapat mengakses soal, komunikasi dengan nara hubung tidak lagi berbalas. Bukan hanya Niken, Kabag Kemahasiswaan Dwi Cahyadi Martono, SE., MPd., yang juga melakukan komunikasi dengan grup di LLDIKTI 7, juga mendapatkan balasan yang tidak berbeda: “Ada masalah…”
Tidak kalah panik, Wakil Rektor III Dr. Ir. Rita Hanafie, MP yang memantau jalannya tes dari ruang kerjanya di Lantai III Gedung Widya Graha Kampus II UWG, juga berkomunikasi dengan grup Forkommawa Jawa Timur, adakah perguruan tinggi yang mahasiswa wakilnya juga mengalami kendala yang sama. Beberapa membenarkan pertanyaan ini. Komunikasi juga dilakukan dosen Fakultas Pertanian ini dengan satuan pendidikan dibawah naungan YPPI Widyagama Malang yang lain, yaitu STIKES Widyagama Husada. Setelah Choirina Mafilindasari, SPd, MPd, Humas Stikes WGH menghubungi mahasiswanya, jawaban yang sama diperoleh.
Dengan sabar namun hati berharap cemas, jam 10.00 Mareta dapat mengakses soal, namun waktu untuk CBT Wawasan Kebangsaan sudah berakhir. Rasa kecewa Mareta harus dipendam dalam-dalam karena selanjutnya harus fokus mengerjakan CBT Bahasa Inggris, yang menurutnya mampu dikerjakan dengan baik.
Pada akhir pelaksanaan, Niken bercerita kembali bahwa komunikasi dengan nara hubung Puspresnas beroleh jawaban yang sangat tidak menggembirakan. “Karena lebih dari 80% peserta dapat mengikuti maka jumlah itu dianggap dapat mewakili peserta. Itu jawaban yang terkirim by WA,” ujar Niken mengungkapkan rasa kecewanya karena berharap ada kesempatan ulang untuk materi Wawasan Kebangsaan, karena dianggapnya kesalahan bukan ada pada peserta.
Atas pengumuman ini, Mareta hanya bisa pasrah, menerima dengan besar hati. “Saya sudah berupaya semaksimal mungkin. Bu Niken dan Pak Dwi juga sudah berupaya dengan caranya masing-masing untuk membantu saya. Namun apalah dikata…..,” demikian ujarnya saat dihubungi pada Kamis 23 Juli 2020, sehari setelah pengumuman tersebut diterima.



