KATA KUNCI KIBM: MAHASISWA PUNYA BISNIS YANG SUDAH BERJALAN DAN PERLU TAMBAHAN MODAL

oleh | Jul 27, 2020 | Berita, Kabar Mahasiswa | 0 Komentar

Setelah tiga tahun program Kompetisi Bisnis Mahasiswa Indonesia (KBMI) diluncurkan dan mendapat sambutan yang luar biasa dari seluruh mahasiswa di tanah air, tahun pandemi ini diluncurkan satu program baru berlabel Kompetisi Inovasi Bisnis Mahasiswa (KIBM). Sosialisasi program ini dilakukan pada Hari Senin 27 Juli 2020 dengan inisiasi dari Pusat Inkubator Bisnis LPPM Universitas Trunojoyo Madura bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Rangkaian sosialisasi diawali dengan petunjuk kepada perguruan tinggi peminat untuk segera melakukan pendaftaran akun dengan mengirimkan surat pengantar, menyiapkan dana pendamping dengan nominal 15 juta, dan menyiapkan dosen pendamping yang kemudian akan diberikan bimbingan teknis. Dosen pendamping ini diharapkan yang pernah menjadi pendamping KBMI. Tiap perguruan tinggi maksimal hanya boleh mengajukan 15 judul dengan harapan sudah dilakukan selkesi internal sebelum diunggah.
Kegiatan bertajuk Sosialisasi Program Kompetisi Inovasi bisnis Mahasiswa 2020 yang dilakukan secara daring, yang juga disiarkan secara streaming melalui YouTube ini menampilkan nara sumber tunggal yang juga reviever Nasional KIBM Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yaitu Dr. Wachyu Hari Haji. Penjelasan Wachyu selama lebih dari 150 menit tersebut terbagi atas tiga kelompok, yaitu akademik, vokasi dan disabilitas. Masing-masing kelompok diberikan penjelasan rinci mulai dari cover proposal, ringkasan, sumberdaya manusianya, pesaing, pemasaran, model bisnis, rencana pengembangan satu dan tiga tahun ke depan serta laporan keuangan.
“Perbedaan mendasar dari KBMI dan KIBM adalah pada luarannya. Luaran KBMI adalah pada aspek pemasaran, sementara luaran KIBM adalah Hak atas Kekayaan Intelektual (HKI), Hak Cipta atau Paten, dan ada pembinaan lanjut oleh kementerian terkait. Sebagaimana konsep Merdeka Belajar – Kampus Merdeka, format pengusulan program ini relatif lebih bebas tanpa aturan ketat tentang font huruf dan lain-lain. Isi bisnis menjadi perhatian utama,” demikian Wachyu memulai penjelasannya.
Selanjutnya Dosen Universitas Trunojoyo Madura ini menjelaskan bahwa program ini lebih luas daripada KBMI dan PKM karena diperuntukkan kepada tiga kelompok besar mahasiswa yaitu akademik, vokasi dan disabilitas. Pengusul dapat berkolaborasi dengan perguruan tinggi lain, juga dapat mengusulkan bisnis di luar program studi yang saat ini ditekuni. Format pengusulan KBMI berupa menjawab pertanyaan, sementara KIBM sudah menyiapkan format-format yang harus diisi bagian demi bagian.

Dra. Wiwin Purnomowati, MSi, Ketua Pusat Pengembangan Karir (P2K) yang mendampingi Wakil Rektor III Dr. Ir. Rita Hanafie, MP mengikuti sosialisasi tersebut mencatat beberapa penjelasan lain diantaranya bahwa pemerintah memperbanyak program terkait dengan kewirausahaan mahasiswa agar terdapat exposer penciptaan kewirausahaan sebanyak-banyaknya, bahwa tidak boleh terjadi pendanaan ganda pada seorang pengusul, bahwa peluang besar bagi perguruan tinggi yang memiliki mahasiswa disabilitas untuk mengajukan usulan, bahwa tim atau kelompok yang dibentuk lintas perguruan tinggi tidak harus memiliki surat perjanjian kerjasama terlebih dahulu dengan catatan bila menang, maka perguruan tinggi asal ketua tim yang berhak atas kemenangan tersebut, bahwa ketentuan administrasi menjadi penilaian pertama reviewer, bahwa proposal kelompok vokasi lebih detil dengan pertimbangan bahwa ilmu yang dimiliki bersifat lebih teknis dan bahwa bisnis yang diusulkan inovasinya adalah bisnis yang sudah berjalan minimal enam bulan. Sebagaimana program KBMI, Wiwinpun siap menjadi operator program KIBM untuk Kampus Inovasi Universitas Widyagama Malang. (san/pip/red:rh)

Berita Terbaru UWG