BEM FH BEBER PERAN PENTING PANCASILA UNTUK MENEKAN PAHAM LAIN DILUARNYA

by | Oct 1, 2019 | Berita | 0 comments

Ajakan tersebut tersirat dalam penjelasan Muhammad Ramadhana Alfaris, SSos, MSi saat menjadi pemantik Forum Diskusi Publik BEM FH yang kali ini mengangkat tema Manifestasi Nilai-nilai Pancasila dalam Mereduksi Ideologi Komunisme.

Acara yang digelar santai pada sore Senin 30 September 2019 di teras FH Kampus lll Kampus Inovasi Universitas Widyagama Malang ini dihadiri oleh seluruh mahasiswa FH sebagai refleksi Gerakan 30 September PKI sekaligus menyongsong peringatan Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober 2019.

Tiga pemantik dihadirkan untuk memberikan gambaran secara global bagaimana aktualisasi nilai-nilai Pancasila untuk menekan paham buruk Komunisme.

Rama, dosen FH UWG yang dikenal dengan banyak ulasannya di media cetak, menjelaskan sejarah aliran ideologi komunisme secara global yang ditekankan pada peran penting Pancasila sebagai ideologi bangsa yang harus mampu menekan tumbuh kembangnya paham-paham lain diluar falsafah negara.

Dua pemantik yang lain adalah mahasiswa FH, Bobot Nasution dari DPM FH dan Fenia Aurully Aisyah dari BEM FH. Bobot berpendapat bahwa generasi muda harus mampu meminimalisir dampak buruk idealisme komunis dengan memahami kompleksitas sejarahnya. Sementara Fenia menyampaikan bahwa komunis adalah ideologi yang tidak serta merta buruk. “Baik dan buruknya sangat bergantung pada bagaimana perspektif berfikir masing-masing individu,” ungkap gadis manis berkacamata ini.

Uraian para pemantik ini mendapat antusiasme cukup besar dari audiens untuk memulai dan mengembangkan diskusi. Berbagai pendapat dan tanggapan muncul secara responsif silih berganti saling bersahut dengan etika diskusi yang diatur cantik oleh moderator Gubernur Mahasiswa FH Adithya Tri Firmansyah R.

“Di kalangan generasi muda perlu dibangun pemahaman yang benar mengenai akar permasalahan lahir dan berkembangnya paham komunis di Indonesia. Ini terkait erat dengan pentingnya mengedepankan nilai-nilai Pancasila sebagai pondasi bernegara yang didirikan atas dasar kemajemukannya dalam banyak sisi. Sejalan dengan itu, penguatan norma-norma agama harus dilakukan untuk meminimalisasi ideologi yang dikhawatirkan dapat memecahbelah persatuan dan kesatuan bangsa,” demikian Adit menutup diskusi. (san/pip/red:rh)

 

Berita Terbaru UWG