PUBLIKASI ILMIAH = SEDEKAH ILMU

by | Oct 5, 2019 | Berita | 0 comments

Mempublikasikan luaran hasil kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, belakangan ini menjadi kewajiban yang tidak dapat dihindarkan oleh para peneliti maupun para pelaksana pengadian. Disamping tuntutan dari lembaga pemberi hibah yaitu Kemenristek dikti, publikasi ilmiah juga menjadi persyaratan bagi dosen yang akan mengajukan kenaikan pangkat.

Menyikapi fenomena ini dan memanfaatkan kesempatan yang ada, Kamis 3 Oktober 2019, Fakultas Teknik Universitas Widyagama Malang mengundang Prof. Dr. Muhadzir bin Ishak dari Universiti Malaysia Pahang (UMP) Pekan, Malaysia untuk berbagi kiat menulis publikasi ilmiah yang mampu menembus jurnal internasional. Bertempat di Auditorium Kampus lll UWG, seluruh dosen eksakta dari Fakultas Teknik dan Fakultas Pertanian diundang untuk mendapatkan pencerahan dari profesor baru UMP dengan biodata 12 halaman, yang pada Rabu 2 Oktober 2019 menjadi salah satu narasumber pada kegiatan ilmiah CIASTECH-2 dan ICIASTECH-1 di Hall Widyagraha Kampus ll.

Satu pesan cukup menggelitik disampaikan oleh Muhadzir: “Islam mengenal 3 perkara yang akan membawa kita masuk surga, yaitu ilmu yang bermanfaat, anak sholeh yang senantiasa mendoakan orangtuanya dan sedekah. Publikasi ilmiah adalah bagian dari sedekah. So, niatkan publikasi ilmiah semata-mata untuk bersedekah”.

Bagaimana dengan pengalaman sulitnya artikel ilmiah kita menembus jurnal internasional bereputasi? Untuk Indonesia, Scopus misalnya. Dekan Fakulti Kejuruteraan UMP ini menjawab ringan: “Yang pertama adalah memenuhi semua persyaratan yang diminta. Terkait dengan tema, jumlah halaman, format, bahasa dan lain-lain. Memang tidak mudah, perlu belajar dari pengalaman.”

Di Indonesia, jurnal terindeks Scopus masih menjadi persyaratan utama publikasi ilmiah untuk luaran hasil penelitian dan kenaikan pangkat. “Scopus? Kecil…..,” komentarnya dengan logat Melayunya yang medok. “Di UMP, kami sudah menggunakan standart Web of Science (ISl)”. Secara kualitas, ISI memang menduduki peringkat kualitas jurnal tertinggi, sementara Elsevier (Scopus) ada dibawahnya diikuti dengan DOAJ, dan rangking terbawah adalah google scolar. Pemeringkatan ini berbanding terbalik dengan keluasan bahasan. Jurnal ISI membahas sebuah permasalahan secara spesifik sekali dan akan makin luas di google scolar.

Setelah penyampaian materi presentasi, kegiatan bertajuk Workshop Strategi dan Manajemen Penulisan Jurnal Internasional yang dipandu oleh Ir. Gigih Priyandoko, MT, PhD ini dilanjutkan dengan diskusi yang cukup gayeng. Beberapa dosen Fakultas Teknik seolah berbagi keluh kesah tentang pengalaman kegagalannya berburu jurnal internasional terindeks scopus. Semuanya ditampung oleh Muhadzir dengan diberikan beberapa cerita terkait dengan pengalamannya juga. “Menjadi dosen sangat bertuah. Niatkan menulis dan mempublikasikan tulisan untuk berbagi,” demikian pesan Muhadzir mengakhiri penjelasannya. (san/pip/red:rh)

 

Berita Terbaru UWG