Untuk dapat ke luar negeri, mahasiswa tidak perlu harus “mempunyai keperluan” dahulu. Mungkin terdengar aneh, tetapi itulah fakta yang dipaparkan oleh Mr. Nico Irawan, dosen dan pengelola International Affair dari International College, Rajamangala University of Technology, Krungthep, Thailand. “Dulu saya tidak punya paspor, belum pernah ke luar negeri, bahkan tidak membayangkan bisa ke luar negeri, tetapi saya ditawari. Ya, sudah, saya berangkat saja,” ujar akademisi asal Sidoarjo itu.
Selain keberanian untuk mengambil kesempatan, mahasiswa juga harus memiliki semangat tinggi dan kemauan untuk belajar. Penguasaan bahasa asing, terutama Bahasa Inggris, dan pemahaman budaya setempat akan membantu mereka untuk beradaptasi lebih cepat. Tidak dipungkiri, akan ada naik turun dalam menyesuaikan diri, tetapi manfaat belajar di luar negeri jauh melebihi kesulitan yang ada. Bahkan pengalamannya mungkin mengubah jati diri.
Pembahasan yang inspiratif ini disampaikan dalam Webinar tentang Pertukaran Pelajar yang bertajuk “Explore the World, Explore Yourself” yang diselenggarakan oleh Kantor Urusan Internasional Universitas Widyagama Malang pada 10 Desember 2020. Walau diadakan secara virtual via Zoom dan channel YouTube Universitas Widyagama Malang, kegiatan ini berhasil menjaring ratusan peserta yang didominasi mahasiswa Kampus Inovasi.
Webinar ini juga menghadirkan dua mahasiswa Teknik Industri Universitas Negeri Malang, Regina Berliane Febe Hasean dan Uyun Nadzirotul Faidah. Keduanya merupakan alumni program Students Exchange (SE) UWG Malang, masing-masing dari SE angkatan 2018/2019 dan SE angkatan 2019/2020. Mereka sempat mengenyam pendidikan di Universiti Tun Husein Onn Malaysia (UTHM).
Senada dengan yang disampaikan Nico Irawan, banyak suka duka dirasakan keduanya. Contohnya, ketika Regina menjalani hidup sehari-hari dengan pilihan makanan terbatas karena ketidakcocokan selera, atau ketika Uyun harus menyelesaikan Projek Sarjana Muda (setara skripsi) di tengah situasi pandemi Covid-19. Berada di negeri orang di tengah terutama di awal virus Corona melanda tentu membuat gundah. Namun, faktanya Uyun dapat menyelesaikan studi dan bahkan telah diwisuda pada 28 November 2020.
Ketua Kantor Urusan Internasional (KUI) UWG Malang, Niken Paramita, S.S., M.Pd., berharap bahwa kegiatan ini dapat memotivasi civitas akademika untuk tidak ragu menempuh pendidikan di luar negeri melalui program pertukaran pelajar. “Dengan adanya kurikulum Kampus Merdeka Merdeka Belajar, Perguruan Tinggi wajib memfasilitasi hak bagi mahasiswa untuk mengambil SKS di luar perguruan tingginya paling lama 2 semester atau setara dengan 40 SKS,” papar Niken dalam laporannya sebagai ketua pelaksana webinar. Dosen Bahasa Inggris ini juga berharap akan tumbuh semangat civitas akademika universitas untuk terus berprestasi dalam segala kondisi, termasuk di masa krisis atau pandemi. (san/pip/red:kui)
Korban dalam dua sisi: Analisis Viktimologi terhadap Efek Berlapis Perundungan Luring dan Siber serta Tantangan Penologi dalam Menentukan Sanksi
Oleh Brian Arnold Setiawan, Dr. Ibnu Subarkah, S.H., M. Hum. Fakultas Hukum, Universitas Widya...



