MALANG – Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Malang menyelenggarakan pelatian hoax busting and digital hygiene di Universitas Widyagama Malang (UWG) pada Sabtu (9/4/2022). Pelatihan diikuti sebanyak 14 jurnalis.
“Era banjir informasi, hoaks berkelindan. Jurnalis bertanggungjawaban menangkal bersama,” ujar ketua AJI Malang, Mohammad Zainudin.
Pelatihan ini diharapkan jurnalis bisa mencegah dan menangkal hoaks yang bisa menimbulkan dampak kerusakan. Bahkan bisa memicu konflik dan kekerasan seperti yang terjadi di Tolikara, Papua. Sebanyak 33 orang tewas akibat konflik yang dipicu kabar bohong.
Narasumber pelatihan ini yaitu dua trainer Google News Initiative Network Dandy Gandakusumah dan Eko Widianto. Pelatihan memadukan antara presentasi, diskusi, pelatihan dan praktik menggunakan beragam tools, serta berlatih kebersihan digital gawai yang digunakan aktvitas jurnalistik. Hal ini agar tidak mudah diretas dan menjadi sasaran kejahatan pihak lain.
Rektor UWG, Dr Agus Tugas Sudjianto ST MT memaparkan bahwa pelatihan ini penting untuk mecegah hoaks menyebar luas. Selain itu, menyebar kabar bohong juga ada konsekuensi hokum.
“Waspada, ada orang yang tidak tahu bisa dipenjara karena menyebarkan hoaks,” ujarnya.
Pakar hukum pidana UWG pun menjelaskan pada masa pandemi kejahatan siber meningkat. Dunia siber juga memicu ujaran kebencian, bisnis illegal, penghasutan, perundungan siber dan kejahatan siber lain.
“Selama pandemic timbul infomasi menyesatkan. Hoaks vaksin dan kesehatan melonjak. Sedangkan jurnalis harus berperan sebagai penangkal hoaks,” pungkasnya. (san/pip/*fn)



