Malang, 7 November 2025 — Masjid Al Farabi Kampus 3 Universitas Widya Gama Malang menjadi saksi pengajian rutin bulanan P3AI (Pengembangan, Pembinaan dan Pengamalan Agama Islam) pada Jumat pagi ini. Kegiatan yang dipimpin oleh Dr. Ir. H. Suriansyah Sabaruddin, MT., M.Met. itu menghadirkan penceramah tamu Dr. dr. Aries Budianto, Sp.B., Subsp.BD (K) — dosen Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya sekaligus dokter bedah di RSUD Saiful Anwar Malang. Rektor UWG, Dr. H. Anwar, SH., MHum, hadir bersama jajaran wakil rektor, para dekan, kaprodi, dosen, karyawan UWG, sivitas STIKES WGH, serta guru SMA/SMK Widya Gama.
Pengajian mengangkat tema “Kesehatan Rohani dan Jasmani sebagai Bekal Membangun Kerja Cerdas dan Ikhlas”. Dalam tausiyahnya, dr. Aries mengajak peserta merenungkan keterkaitan antara iman, kondisi emosional, dan fungsi biologis tubuh—serta bagaimana ketiganya menjadi fondasi agar bekerja cerdas dan ikhlas.
Menurut dr. Aries, Al-Qur’an sendiri menunjukkan kebesaran ciptaan yang mengajarkan tauhid dan keseimbangan hidup: ia merujuk QS. At-Tin ayat 4 dan QS. Adz-Dzariyat ayat 21 serta QS. Ar-Rūm ayat 22 untuk menegaskan bahwa seluruh bagian tubuh diciptakan bekerja sesuai fungsinya dan saling melengkapi. “Dari cara lambung memproses makanan hingga jantung yang terus berdetak—semua itu menunjukkan kebesaran Allah dan mengajarkan kita tawakal,” ujarnya.
Dalam pembahasan yang menggabungkan ilmu kedokteran dan spiritualitas, dr. Aries menjelaskan mekanisme tubuh yang berkaitan dengan emosi: peranan hipotalamus, pituitari, dan kelenjar adrenal (HPA axis) dalam mengendalikan reaksi emosi dan stres. Ia menekankan bahwa akumulasi masalah yang tak terselesaikan dapat memicu depresi dan gangguan fungsi tubuh. Karena itu, menjaga keseimbangan emosional dan ketentraman hati menjadi bagian penting dari kesehatan rohani serta berpengaruh pada kondisi jasmani.






Lebih jauh, dr. Aries memberi contoh klinis untuk menegaskan arti tawakal: ada pasien kanker usus stadium lanjut yang, meski prognosis medis sulit, mengalami kesembuhan — sebagai pengingat bahwa keberhasilan bukan semata tindakan dokter, melainkan bagian dari kehendak dan rahmat Allah SWT. “Kemoterapi bukan jaminan mutlak; ada keajaiban yang hanya Allah yang menentukan. Tugas kita adalah berikhtiar secara profesional, lalu berserah dengan tawakal,” kata dr. Aries.
Pesan praktis yang disampaikan penceramah juga menyentuh etika kerja: kerja cerdas menurutnya berarti melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya — teliti, sistematis, dan berlandaskan ilmu — sedangkan ikhlas menjadikan hasil kerja itu tenang di hati karena ditujukan untuk Allah SWT. Ia mengingatkan agar menyingkirkan perasaan hasad dan hasut yang merusak keharmonisan tim kerja. Saat menghadapi permasalahan kompleks, dr. Aries mengusulkan langkah sederhana: cermati, sederhanakan, lalu cari solusi sesuai prioritas — bukan bereaksi emosional secara mentah.
Simpulan; dorongan agar sivitas akademika UWG dan mitra pendidikan terus memelihara keseimbangan antara ilmu, iman, dan amal. Kehadiran pimpinan universitas dan civitas akademika menegaskan komitmen kampus dalam membangun lingkungan pembelajaran yang sehat secara rohani dan jasmani — sebagai modal penting untuk menghasilkan karya yang cerdas, produktif, dan penuh keikhlasan.(San/PIP)




