
Sejak diberlakukannya pembelajaran sistem daring disemua satuan pendidikan, mulai dari tingkat Sekolah Dasar, Sekolah Menengah sampai dengan perguruan tinggi, kebutuhan pulsa internet melambung tinggi. Bukan hanya untuk mendukung pembelajaran daring, tetapi lebih daripada itu, keharusan untuk tetap tinggal di rumah juga menjadi salah satu penyebab semakin tingginya kebutuhan akan pulsa karena handphone merupakan satu-satunya sarana hiburan bagi mereka. Ini menjadi perhatian Fakultas Pertanian Kampus Inovasi Universitas Widyagama Malang.
“Bagi mahasiswa dari keluarga yang ekonominya cukup dan tinggal di Kota Malang, ini mungkin tidak menjadi masalah. Ada mahasiswa kami yang berasal dari luar pulau, dari keluarga petani, yang untuk memenuhi kebutuhan SPPnya saja masih harus mengangsur. Kebutuhan akan pulsa saat dilakukannya pembelajaran daring ini menjadi kebutuhan tak terduga bagi mereka. Bukan hanya itu, kebutuhan pokok mereka akan pangan, juga sudah mulai dirasakan,” demikian aku Wakil Dekan FP Ir. Suprihana, MP. “Himbauan Ketua LLDIKTI7 agar perguruan tinggi melakukan upaya kreatif untuk membantu meringankan beban mahasiswa, terutama dari kelompok ekonomi lemah, misalnya subsidi pulsa, logistik dan sebagainya ….., ini juga menjadi dasar pertimbangan kami,” dosen Program Studi Teknologi Hasil Pertanian ini menambahkan.
Silent donation kemudian dilakukan kepada seluruh dosen yang berhome base di Kampus III Jalan Taman Borobudur Indah tersebut. Dengan bantuan perwakilan mahasiswa masing-masing program studi, pada Minggu 19 April 2020 terdata sejumlah 117 orang mahasiswa yang akan menerima subsidi pulsa pada periode pertama ini. “Jumlahnya memang tidak banyak, tetapi kami tetap berharap ini dapat sedikit membantu mereka,” harap Suprihana.
Mercy dan Tristan, selaku pelaksana di lapang, menceriterakan bahwa kebutuhan mereka saat ini bukan hanya pulsa internet untuk mendukung pembelajaran daring, tetapi sudah meningkat pada kebutuhan logistik, terutama para mahasiswa dari luar daerah yang tetap harus tinggal di Malang dengan cara kos. “Ini sudah kami sampaikan ke fakultas,” kata Mercy.

Menanggapi apa yang disampaikan oleh Ketua BEM FP ini, Suprihana melambungkan asa, pintu hati kepedulian para dosen FP akan kembali terbuka.
Sebagaimana diketahui, sejak merebaknya covid-19 yang saat ini sudah diumumkan oleh World Health Organization (WHO) sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD) atau Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) dan pandemi global, lembaga pendidikan tinggi dibawah naungan YPPI Widyagama ini telah menetapkan diberlakukannya sistem pembelajaran daring. Pemanfaatan teknologi dengan ketentuan study from home ini pada awalnya memang menyenangkan, akan tetapi bila dilakukan dalam jangka panjang dan dalam kondisi seperti saat ini, bukan tidak mungkin bila ada mahasiswa perantau yang sudah mulai “menjerit”.



